Review Film Republik Twitter

April 18, 2017

Selow.com - Oke nda ketemu lagi dengan kang Mad dalam rubrik review movie, kali ini film yang akan kita bahas adalah sebuah film asli Indonesia yang rilis tahun 2012 berjudul Republik Twitter, salah satu film indonesia yang mempunyai tema cerita menarik dan kekinian pada saat itu. Bahkan menurut saya hingga sekarang juga masih kosntekstual mengambil tema dunia Buzzing jasa pencitraan dan kampanye di dunia maya wabil khusus sosial media fokus lagi Twitter.

Film yang dibintangi Abimana Aryasatya yang berperan sebagai Sukmo mahasiswa tingkat akhir dari jogja yang berprofesi sebagai Selebtwit, istilah untuk akun twitter yang memiliki jumlah follower ratusan ribu dan Laura Basuki yang berperan sebagai Hanum, seorang wartawati pemula di sebuah media masa di jakarta yang dapat tugas liputan politik.

Cinta di Twitter
Awal cerita sukmo datang ke jakarta untuk menemui Hanum yang perkenalanya dimulai di twitter, cinta bersemi di Time Line dan membawa sukmo nekat ke jakarta untuk bertemu dan mengejar komitmen. ternyata tak semudah yang dibayangkan, sukmo dan hanum gagal bertemu karena sukmo tidak menyangka cewek yang dikenalnya di twitter sangat cakep. ia merasa nerveous terlebih ketika ia sampai di kafe tempat janjian ada cowok yang nyamperin hanum dikirinya cowoknya.

Pekerjaan Buzzer
ketika sukmo sudah mulai putus asa dengan cintanya, ia ditelpon kenalanya di twitter bernama Belo, belo punya jasa pengelolaan akun twitter dengan klien pengusaha dan politisi, berbarengan dengan datangnya Sukmo ke jakarta belo mendapat order untuk pencitraan seorang pengusaha yang ingin mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI. Belo hanya pelaksana teknis saja bisnis otak jasa buzer ini otaki oleh Kemal. Tugas mereka adalah membuat twit-twit positif tentang calon gubernur tadi dan menjadikanya trending. buat anak twitter apakah sampai di sini kalian merasa ada yang familliar? he he

Unfollow
ada bagian lucu juga yang memotret fenomena twitter tahun 2012-an disaat twitter lagi hits, yaitu fenomena orang terlalu sibuk dengan HP dan twitternya dibanding bersosialiasi di dunia nyata serta fenomena sepele retaknya hubungan antar teman gara-gara follow-unfollow ha ha, saya pernah nih di telpon sebuah akun yang marah karena tak unfol. serius kang? kowe nek dikandani ngono og nda..ha ha

Cyber Army dan Keyboard Warrior
sekali lagi, salah satu tujuan saya merivew film ini walau sudah sangat lama dari tanggal rilisnya adalah karena masih kontekstual dengan kondis sekarang. Dimana twitter lebih identik dengan bahasan politik, bagi kamu yang main twitter hari-hari dan bulan ini sangat panas ditwitter tentang pilkada, dan seluk beluknya. Penciteraan bahkan kampanye negatif dan pembunuhan karakter bahkan tentang penyebaran berita Hoax.

Anonim dan Kasarnya bahasa di twiiter
ada yang kelewat dibidik oleh film ini menurutku, yang perlu pembaca selow ketahui dunia buzzer identik dengan akun anonim dan ternak akun, satu orang bisa jadi admin puluhan hingga ratusan akun, gunane dienggo opo kang? gunanya kalau lagi bahas sebuah topik akun-akun yang lain akan menimpali, RT dan Fav biar jadi trending. begitu juga kalau sedang membully sebuah akun, kalu sudah jadi sasaran bully akun-akun anonim buzzer bisa sampai bikin naik darah, bukan cuma banyak tapi kata-kata yang dgunakan tak jarang kasar dan jorok, membunuh karakter bahkan mengorek info-info pribadi yang sifatnya privasi. 

Ora Nduwe Ati
akun-akun anonim buzer ini kadang gak pake hati, mereka tak lagi merasa punya integritas dan sopan santun, kok iso? ya karena merasa sebagai akun anonim, akun palsu tidak merasa harus bertanggung jawab dengan apa yang Twit atau diposting. sudah banyak kejadian juga saling melaporkan akun-akun yang kelewatan dalam ngetwit dengan adanya UU ITE, sepertinya pepatah lama perlu diupdate "Twitmu Harimaumu".

Serius Banget
koyone kok serius banget sih kang bahas film iki? he he menjiwai banget ngono ora koyo review-review sebelumnya? jangan-jangan punya pengalaman pribadi?
haha haha iya sih tahun 2012 sempet gabung cyber army sebulan, tapi gak kuat dengan kasarnya twitter buzzer apalagi saya menggunakan akun pribadi. lagian gak dibayar, dibayarnya pake doa.

Happy Ending
Film-e happy ending nda, dan positif pesanya yaitu penciteraan yang dibangun untuk kepentingan kekuasaan tanpa dibarengi dengan prestasi dan hasil yang nyata hanya akan jadi pepesan kosong yang suatau saat ketika publik tahu akan jadi blunder dan bom waktu jadi senjata makan tuan.

nonton dewe ben jelas, sing mesti Laura Basuki ayu nda..ha ha 

wis ngono sik ya nda, revew filmya segitu dulu, nanti aku review juga film-film lawas sing menurutku apik.

nek arep follow akun twitterku monggo >> @nandar_art 

ojo lali komen nda, 

penulis : Kang Mad
foto      : sidomi.com

Artikel Liyane

Sak Wise
« Prev Post
Sak Durunge
Next Post »
Komen yo nda :

Info Pendidikan

ads